Judul diatas saya peroleh ketika saya membaca sebuah majalah Business Opportunity yang sedang mewawancarai Ir. Ciputra (Pengusaha sekaligus pemrakarsa kampus-kampus entrepreneurship di Indonesia). Beliau menerangkan bahwa seorang entrepreneur itu dalam tingkatan tertinggi adalah ketika dia bisa mencipta peluang atau opportunity. Ada tiga tahapan dalam pengertian opportunity, yang pertama adalah opportunity recognition yaitu sebuah proses yang menyadari bahwa permintaan sudah sangat jelas demikian juga dengan suplai. Yang kedua opportunity seeking yaitu suplai sudah jelas sementara permintaan belum jelas. Dan yang terakhir adalah opportunity discovery yaitu ketika kondisi sebaliknya terjadi ketika permintaan begitu tinggi tetapi belum terlayani oleh suplai. Maka deifinisi entrepeneruship mengacu pada opportunity creation yaitu ketika permintaan dan suplai belum jelas, artinya permintaan dan suplai yang belum jelas akan menimbulkan peluang-peluang yang bisa dijadikan usaha. Sehingga penciptaan peluang adalah merupakan ketrampilan tertinggi.
Bagaimana dengan technopreneurship? Technopreneurship adalah juga merupakan wirausaha yang memanfaatkan teknologi sebagai tools untuk melakukan atau menciptakan peluang, khususnya dalam penggunaan teknologi informasi. Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sebuah kecanggihan teknologi yang berkembang begitu cepat, salah satu diantaranya penciptaan bisnis online. Bisnis online adalah sebuah penciptaan dimana peluang perkembangan IT benar-benar bisa dimanfaatkan. Pasar yang begitu besar dan tren dari penggunaan teknologi yang semakin meningkat di masyarakat adalah sebuah peluang yang harus dimanfaatkan. Di Indonesia penggunaan teknologi informasi saat ini merupakan salah satu penunjang sukses dari sebuah bisnis, artinya jika perusahaan-perusahaan itu memanfaatkan teknologi maka perusahaan itu akan tambah berkembang dan tumbuh. Bukan lagi khusus untuk pengembangan teknologi sebagai bisnisnya tapi lebih cenderung sebagai media untuk penunjang bisnis.
Jika menilik dari pengertian technopreneurship, bahwa bisnis yang khusus membuat komputer misalnya dia akan mengembangkan untuk membuat aksesoris-aksesories yang lainnya, mulai pendingin komputer,mouse yang berwarna-warni , pembuatan tas-tas laptop yang full design, dan yang lain sebagainya. Ambil contoh lagi adalah Google, perusahaan yang dulunya hanya berkecimpung dibidang search engine atau mesin pencari utama di dunia maya belakang ini mulai pengembangan software android, kemudian mulai merambah sisi hardwarenya dengan berkolaborasi dengan perusahaan hardware ternama. Inilah sebenarnya peluang yang ada di technopreneurship yang memanfaat penelitian sebagai peluang yang sesungguhnya sehingga bisa dijadikan sebuah bisnis yang maju. Pemanfaatan teknologi sebagai syarat utama disebut technopreneurship bisa kita lihat juga dalam bisnis perparkiran yang ada di mall ataupun diintansi pemerintah yang ramai dikunjungi oleh masyarakat misalnya rumah sakit. Bagaimana dia full menawarkan teknologi sebagai solusi untuk mengatasi manajemen perparkiran kendaraan bermotor, memanfaat sistem informasi parkir, kemudian memanfaat cctv dan lain sebagainya sehingga jasa layanan parkir menjadi lebih tertata, aman dan nyaman. Sehingga manajemen parkir akhirnya bisa difranchise kan. Kemudian technopreneurship dibidang perbankan adalah penggunaan teknologi yang ada di ATM-ATM bank, bagaimana ia membuat sistem informasi yang benar-benar aman kemudian dia pasangkan di mesin ATM, kemudian ditawarkan lagi sistem yang sudah jadi tersebut ke bank-bank yang lainnya akhirnya ada yang disebut jaringan ATM LINK dan jaringan ATM PLUS. Dan hal ini menjadi sebuah tren bisnis technopreneurship di bidang perbankan. Dan ada banyak lagi contoh technopreneurship yang berkembang di berbagai bidang.
Bagaimana technopreneurship itu bisa diterapkan sebagai sebuah bisnis.
Einstain mengatakan bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan itu sendiri karena pengetahuan meliputi yang kita tahu sementara imajinasi termasuk kita tahu maupun yang tidak kita tahu. Sehingga kunci kreativitas adalah kunci untuk mendorong inovasi seseorang sehingga melatih kreativitas sebagai sebuah isu utama. Belajarlah kreativitas, belajarlah berinovasi dari yang ter kecil sampai yang besar. Artinya menguasai bidang keahlian tertentu bukan saja hanya untuk keperluan research tapi yang lebih penting adalah keahlian itu bisa menopang kehidupan kita sehingga tidak perlu lagi harus bergantung pada seseorang yang bisa menggaji kita, sehingga beban negara ini akan berkurang seiring banyak penduduknya yang bisa berusaha sendiri.
Tidak semua hasil penelitian bisa masuk dan di terima oleh pasar, hal ini tidak terlepas bahwa sebuah produk yang di jual di masyarakat luas adalah hasil daripada kerjasama sebuah tim yang lengkap. Begitu juga teknologi yang sekarang sedang berkembang, tidak semuanya bisa dijual atau bahkan di manfaatkan, karena ada proses yang namanya validasi alami apakah sebuah teknologi diperlukan oleh masyarakat banyak atau tidak. Jadi kunci dari sebuah bisnis yang memanfaatkan teknologi adalah bagaimana teknologi itu bisa sosialisasikan sebagai sebuah kebutuhan masyarakat dan ini diperlukan seorang penjual yang hebat yang bisa membuat sebuah teknologi menjadi ada nilai produk. Inovasi yang akan menjadi sia-sia jika tidak ada seorang yang hebat berbicara bahwa produk ini ada sebuah nilai
TULISLAH APA YANG SEDANG ANDA PIKIRKAN
How true entrepreneur is to produce two sides of reply is always the reward go hand in hand.How think informatic can be trully business.
Sabtu, 23 Februari 2013
Rabu, 25 Juli 2012
PEMANFAATAN LANGSUNG TEKNOLOGI INFORMASI DALAM DAKWAH ISLAM
Teknologi
informasi dewasa ini berkembang begitu cepat, seakan semua ilmu pengetahuan
juga ikut berkembang mengikuti kecepatan perkembangan teknologi informasi, dan
ini wajar karena pengembangan untuk teknologi informasi terus menerus dilakukan
dengan memanfaatkan semua ilmu pengetahuan yang ada. Dalam dunia Islam
pemanfaatan teknologi informasi seringkali dilakukan dan salah satunya adalah
digunakan untuk berdakwah. Dewasa ini dunia dakwah seringkali menggunakan
teknologi informasi untuk mempermudah komunikasi langsung antara jamaah dan
nara sumber. Belum lagi yang memanfaatkan multimedia agar dakwahnya lebih
interaktif. Hal ini bisa kita jumpai model dakwah seperti ESQ (Emotional Spiritual Quotient), dimana
teknologi sangatlah dominan. Data penggunaan teknologi informasi sebagai media
dakwah juga terlihat terlihat dari pegguna fitur-fitur Islami yang bisa diakses
lewat internet, data statistik (Effective
Measure) pengguna internet di Indonesia mencapai 39.100.000 (peringkat 8
dunia) jika diambil prosentase 50% saja yang meng akses fitur Islami maka 20
juta orang yang memanfaatkan teknologi informasi sebagai media dakwah baik
secara kelompok maupun secara individual. Dan pemanfaatan teknologi informasi
dalam dunia dakwah akan meningkat ketika ada momen seperti bulan ramadhan.
Kata kunci : Teknologi Informasi, Islam, dakwah.
Abstract
Information technology is evolving so fast these
days, like all science also changes following the pace of information technology development,
and this is simply due to the development of information
technology continue to be done by making use of all existing
science. In the world of Islam
is often made use
of information technology and one
of them is used to preach. Today the world
of preaching often use information technology to facilitate
direct communication between the congregation and resource persons. Not to mention the use of interactive
multimedia to further
his message. This mission can we find a
model like ESQ (Emotional Spiritual Quotient),
which is the
dominant technology. Data on the
use of information technology
as a medium of propagation is also seen seen from
pegguna Islamic features
that can be accessed via the internet, the statistics (Effective Measure) internet
users in Indonesia
reached 39.1 million (8 world ranking)
if taken alone
the percentage of 50% to access Islamic features of the
20 million people
who use information technology as a medium of preaching both corporately and individually. And utilization
of information technology in the world
of preaching will
increase when there are moments like
the Ramadan month.
Keywords: Information
technology, islam, preaching.
Pendahuluan
Dalam
kurun waktu 10 tahun penduduk dunia bertambah dengan cepatnya, hal ini juga
berlaku bagi negera-negara yang penduduknya mayoritas muslim. Kalo kita
bandingkan perkembangan penduduk yang mayoritas muslim pada pertengahan tahun
1970 an yang hanya berjumlah total sekitar 500 juta orang, dengan jumlah
penduduk muslim diseluruh dunia saat ini yang mencapai 1,5 milyar artinya
setiap dari empat orang di dunia ini maka satunya adalah orang yang memeluk
agama Islam atau seorang muslim. Peningkatan jumlah pemeluk Islam ini bukan
semata-mata merupakan pertambahan penduduk di negara-negara yang mayoritas
muslim itu bertambah tetapi juga dikarenakan faktor mualaf yang semakin
bertambah banyak. Artinya faktor dakwah merupakan sarana produktif untuk
mengajak semua orang di dunia ini untuk mengenal lebih jauh dengan Islam.
Walaupun faktor 11 September 2002 adalah merupakan pemicu bertambahnya mualaf
yang masuk ke agama Islam, dan hal ini juga banyak dikarenakan teknologi
informasi yang begitu mudah di akses dan dinikmati, hingga semakin mudah
mempelajari Islam secara keseluruhan.
Masuk
Islam dengan terlebih dahulu mempelajarinya adalah faktor terbanyak penambah
jumlah pemeluk muslim dunia, dan apalagi didukung oleh teknologi yang
berkembang cepat. Ilmu pengetahuan adalah merupakan sarana yang paling rasional
untuk mempelajari Islam dengan benar, dan hal ini telah di firmankan oleh Allah
SWT : “ Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?’
Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran
(QS. azumar : 9)”.
Dalam sebuah hadist Rasulullah juga
menerangkan tentang keutamaan menggunakan atau menguasai ilmu pengetahuan atau
teknologi yaitu ; Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik
anak-anaknya dengan sebaik mungkin. “ Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap
Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu (HR. Ahmad)”. Dan pada jaman sahabat pun sudah ada perkataan
yang luar biasa maknanya, yaitu perkataan dari Ali bin Abu Tholib “Didiklah
anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali
lain dari zamanmu kini “. Luar biasa karena jaman dahulu pun mendidik dan
perlunya menguasai sesuatu keahlian yang beda jaman sudah menjadi perhatian
oleh para sahabat maupun Rasulullah sendiri.
Dakwah adalah merupakan kewajiban setiap
muslim karena ini merupakan tugas pokok bagi seorang yang telah mengaku berikrar
kepada Allah dan Rasul-Nya Dan hal ini
seperti di firmankan Allah SWT : “ Dan (ingatlah), ketika Kami
mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim,
dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,
kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling (QS. Al
Baqarah : 83)”.
Tentu
kita semuanya ingat tentang kejadian atau peristiwa 11 September 2002 dimana
semuanya terhenyak dengan diledakkannya kantor pusat perdagangan saham terbesar
di dunia yaitu gedung world trade centre
(WTC) di Amerika Serikat, dengan Islam sebagai tertuduh utama maka mau
tidak mau orang Muslim di dunia dianggap sebagai ekstrimis semuanya, tetapi
Allah SWT dengan kekuasaannya merubah itu semuanya sebagai bagian bahwa Dialah
pelindung utama agama Islam. Dengan adanya teknologi informasi yang begitu
canggih dan bisa dinikmati oleh semua orang seantero dunia, yang begitu gencar
memberitakan Islam sebagai hot news,
maka secara tidak langsung itu membantu dakwah Islam untuk tersampaikan ke
semua orang di dunia. Walaupun sebenarnya kebenaran pengebom WTC sampai kini
belum diketahui secara transparan oleh publik dunia. Stigma yang negatif bisa
dirubah menjadi positif dengan memanfaatkan teknologi informasi, dan sebaliknya
juga stigma positif bisa menjadi negatif jika sudah masuk dan diolah oleh
teknologi informasi, seperti proses yang terjadi dalam teknologi informasi. Jadi
tergantung siapa penguasa teknologi informasi dunia karena stigma apapun akan
bisa di ubah, teknologi informasi bukan saja hanya sebagai teknologi semata
tetapi lebih daripada itu adalah sebagai media penyebar informasi yang sangat
efektif.
Pembahasan
Agama vs Saintek
(Science & Technology)
Di
Eropa, sejak abad pertengahan, timbul konflik antara ilmu pengetahuan (sains)
dan agama (gereja). Dalam konflik ini sains keluar sebagai pemenang, dan sejak
itu sains melepaskan diri dari kontrol dan pengaruh agama, serta membangun
wilayahnya sendiri secara otonom. Dalam perkembangannya lebih lanjut, setelah
terjadi revolusi industri di Barat, terutama sepanjang abad XVIII dan XIX,
sains bahkan menjadi “agama baru” atau “agama palsu”(Pseudo Religion). Dalam kajian teologi modern di Barat, timbul
mazhab baru yang dinamakan “saintisme” dalam arti bahwa sains telah menjadi
isme, ideologi bahkan agama baru.
Namun
sejak pertengahan abad XX, terutama setelah terjadi penyalahgunaan iptek dalam
perang dunia I dan perang dunia II, banyak pihak mulai menyerukan perlunya
integrasi ilmu dan agama, iptek dan imtak. Pembicaraan tentang iptek mulai
dikaitkan dengan moral dan agama hingga sekarang sehubungan dengan semakin
merajalelanya teknologi yang hanya berdasar hanya pada materi sehingga manusia
pun dijadikan sebuah percobaan (kasus kloning). Dalam kaitan ini, keterkaitan
iptek dengan moral (agama) di harapkan bukan hanya pada aspek penggunaannya
saja (aksiologi), tapi juga pada pilihan objek (ontologi) dan metodologi
(epistemologi)-nya sekaligus. Di Indonesia, gagasan tentang perlunya integrasi
pendidikan imtak dan teknologi ini sudah lama digulirkan. Profesor B.J.
Habibie, adalah orang pertama yang menggagas integrasi imtak dan iptek ini. Hal
ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu
umum (saintek) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya
kenyataan bahwa pengembangan iptek dalam sistem pendidikan kita tampaknya
berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga
pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak
memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan
bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.
Kekhawatiran
ini, cukup beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita tidak cukup
mampu menghasilkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
sebagaimana diharapkan. Berbagai tindak kejahatan sering terjadi dan banyak
dilakukan justru oleh orang-orang yang secara akademik sangat terpelajar,
bahkan mumpuni. Ini berarti, aspek pendidikan turut menyumbang dan memberikan
saham bagi kebangkrutan bangsa yang kita rasakan sekarang. Kenyataan ini
menjadi salah satu catatan mengenai raport merah pendidikan nasional kita.
Begitu juga pendidikan yang hanya mementingkan aspek agama saja akan menjadikan
dunia tidak pada tempatnya atau penyalahgunaan wewenang akan semakin banyak
dikarenakan kekurangpahaman tentang ilmu terapan atau teknologi. Karena etika
moral akan efektif jika diterapkan pada aplikasi keilmuan terapan karena ilmu
tersebut akan diterapkan secara praktis dalam dunia kerja sehingga integrasi
adalah hal yang mungkin untuk dilakukan.
1.
Perlunya
Penguasaan Teknologi Informasi
Sudah
menjadi pengetahuan umum (common sense)
bahwa dasar dari peradaban modern adalah teknologi. Teknologi merupakan dasar
dan pondasi yang menjadi penyangga bangunan peradaban modern barat sekarang
ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan
bangsa itu terhadap teknologi. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki
keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan
mengembangkan teknologi. Bisa dimengerti bila setiap bangsa di muka bumi
sekarang ini, berlomba-lomba serta bersaing secara ketat dalam penguasaan dan
pengembangan teknologi. Karena dunia secara teknologi informasi berbentuk
datar, sehingga sisi dunia akan tampak semua oleh penghuninya. Dan penguasaan
teknologi informasi wajib dilakukan oleh umat Islam karena beberapa hal :
a.
Karena
pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan berasal dari sumber-sumber negara
Islam yang telah dibawa oleh negara-negara barat. Dan tentunya ini juga
merupakan perintah Allah SWT : “ Hai orang-orang beriman
apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan (QS al Mujaadilah : 11) ”.
b.
Karena
Allah akan memberikan kearifan dan juga ketentraman kepada siapa saja yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar umat muslim tidak bergantung
kepada dunia barat (umat lain), agar juga bisa membuat solusi-solusi terhadap
persoalan umat. Salah satu contoh adalah ketika umat Islam bisa merencanakan
pemetaan zakat untuk mengentaskan kemiskinan dengan memanfaat sistem informasi
geografis (GIS). Umat Islam menguasai teknologi maka akan ada rasa damai
dikalangan semua umat didunia. Berikut ini disebutkan dalam al Quran : “Allah berikan
al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa saja
yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar
ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.” (QS. Al Baqarah
: 269) “ .
c.
Penguasaan
teknologi Informasi akan membuat umat Islam untuk selalu mengetahui informasi
terkini dan tidak gampang untuk dipecah belah oleh umat lain. Sehingga dengan
menguasai teknologi informasi akan mendekatkan persatuan dan kesatuan umat. Dan
yang paling penting peringatan Nabi Muhammad lewat hadits yang beliau ucapkan
14 abad yang lalu mengenai setiap zaman adalah berbeda, artinya antara zaman
kita dengan anak cucu kita akan berbeda karena perubahan semakin cepat.
Rasulullah SAW pun memerintahkan kepada kaum muslimin seluruhnya untuk
senantiasa menuntut ilmu dan menguasai ilmu itu sendiri, dalam hadist “Jadilah
engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang
mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau
menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R. Baihaqi). Dalam sebuah
hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda : “ Barang siapa yang
menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan
sayapnya karena ridla (rela) terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya
orang yang mencali ilmu akan memintakan bagi mereka siapa-siapa yang ada di
langit dan di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya keutamaan
orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan
purnama atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris
para Nabi, sesugguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi
mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu,
maka dia sudah mengambil bagian yang besar (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud,
dan Ibnu Majjah).
Para sahabat pun sudah sejak dulu selalu mengutamakan pendidikan terhadap
keturunannya, seperti perkataan Ali bin Abi Thalib ini “ Didiklah anak-anakmu,
karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari
zamanmu kini ” .
2.
Integrasi
Teknologi dan Dakwah Islam
“Barangsiapa ingin berjaya di dunia, maka
wajib baginya menguasai ilmu; barangsiapa ingin berjaya di kehidupan akhirat
maka wajib baginya menguasai ilmu; barangsiapa ingin berjaya di dunia dan
akhirat, maka wajib baginya menguasai ilmu (HR. Al Bukhari) “.
Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa
ini sebagai dampak globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
harus diakui telah memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas dakwah
Islam. Di sisi lain, memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku
khususnya para pelajar dan generasi muda kita, dengan tumbuhnya budaya
kehidupan baru yang cenderung menjauh dari nilai-nilai spiritualitas. Dakwah
Islam memang harus sudah selayaknya untuk dibuat semenarik mungkin (interaktif)
dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat yang utama. Dari sisi positif,
perkembangan teknologi telah memunculkan kesadaran yang kuat pada sebagian
pelajar kita akan pentingnya memiliki keahlian dan keterampilan. Utamanya untuk
menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era
milenium ketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bio-teknologi. Ini
sekurang-kurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasi pelajar kita
umumya telah memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan itu.
Don
Tapscott, dalam bukunya (Grown Up
Digital: How the Net Generation is Changing Your World, 2009 hal 81), telah
melakukan survei terhadap para remaja di berbagai negara. Ia menyimpulkan, ada
sepuluh ciri dari generasi nol (zero), yang akan mengisi masa tersebut.
Ciri-ciri itu, para remaja umumnya memiliki pengetahuan memadai dan akses yang
tak terbatas. Bergaul sangat intensif lewat internet, cenderung inklusif, bebas
berekspresi, hidup didasarkan pada perkembangan teknologi, sehingga inovatif,
bersikap lebih dewasa, investigative arahnya pada how use something as good as
possible bukan how does it work. Mereka pemikir cepat (fast thinker), peka dan
kritis terutama pada informasi palsu, serta cek ricek menjadi keharusan bagi
mereka.
Sikap
optimis terhadap keadaan sebagian generasi muda ini tentu harus diimbangi
dengan memberikan pemahaman, arti penting mengembangkan aspek spiritual
keagamaan dan aspek pengendalian emosional. Sehingga tercapai keselarasan
pemenuhan kebutuhan otak dan hati (qolbu). Penanaman kesadaran pentingnya
nilai-nilai agama memberi jaminan kepada para remaja akan kebahagiaan dan
keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di akhirat.
Ada banyak hal yang sudah dihasilkan oleh
teknologi untuk dakwah Islam sebagai bagian dari integrasi itu sendiri, al
Quran digital, akses hadits shahih yang bisa dilakukan dimana saja,silahturahmi
yang tidak pernah putus karena sudah ada handphone, jejaring sosial dan
sebagainya. Bahkan media pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan game
untuk memperdalam ilmu Islam itu sendiri.
Contoh
dari Teknologi Informasi yang dimanfaatkan untuk dakwah Islam :
Gambar
1 : Al Qur an Digital (sumber : myquran.com)
Gambar
2 : Game baca huruf hijaiyah (sumber software game hijaiyah)
Gambar
3 : Aplikasi GIS Masjid (sumber :
sofware aplikasi GIS)
3.
Islamisasi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah sarana pemecahan masalah mendasar setiap
peradaban. Ia adalah ungkapan fisik dari world
view di mana dia dilahirkan. Maka kita bisa memahami mengapa di Jepang yang
kabarnya sangat menghargai nilai waktu demikian pesat berkembang budaya
“pachinko” dan game. Tentu disebabkan mereka tak beriman akan kehidupan setelah
mati, dan tak mempunyai batasan tentang hiburan. Kini umat Islam hanya sebagai
konsumen sains yang ada sekarang. Kalaupun mereka ikut berperan di dalamnya,
maka secara umum mereka tetap di bawah kendali pencetus sains tersebut.
Ilmuwan-ilmuwan muslim masih sulit menghasilkan teknologi-teknologi eksak
apalagi non-eksak untuk menopang kepentingan khusus umat Islam. Dunia Islam
mulai bangkit (kembali) memikirkan kedudukan sains dalam Islam pada dekade
70-an. Pada 1976 dilangsungkan seminar internasional pendidikan Islam di Jedah.
Dan semakin ramai diseminarkan di tahun 80-an.
Secara
umum, dikenal 4 kategori pendekatan sains Islam (Dr. Maurice Bucaille, “ Bibel, Al quran dan Sains Modern”, Bulan
Bintang, Jakarta, 1979, hal : 3) :
1.
I’jazul Quran (mukjizat al-Quran)
I’jazul
Quran dipelopori Maurice Bucaille yang sempat “ boom ” dengan bukunya “La
Bible, le Coran et la Science” (edisi Indonesia: “Bibel, al Quran dan Sains
Modern“). Pendekatannya adalah mencari kesesuaian penemuan ilmiah dengan ayat al
Quran. Hal ini kemudian banyak dikritik, lantaran penemuan ilmiah tidak dapat
dijamin tidak akan mengalami perubahan di masa depan. Menganggap al Quran
sesuai dengan sesuatu yang masih bisa berubah berarti menganggap al Quran juga
bisa berubah.
2.
Islamization Disciplines
Yakni
membandingkan sains modern dan khazanah Islam, untuk kemudian melahirkan
text-book orisinil dari ilmuwan muslim. Penggagas utamanya Ismail Raji
al-Faruqi, dalam bukunya yang terkenal, Islamization
of Knowledge, 1982. Ide Al-Faruqi ini mendapat dukungan yang besar sekali
dan dialah yang mendorong pendirian International
Institute of Islamic Thought (IIIT) di Washington (1981), yang merupakan
lembaga yang aktif menggulirkan program seputar islamisasi pengetahuan.
Rencana
Islamisasi pengetahuan al-Faruqi bertujuan:
1.
Penguasaan disiplin ilmu modern.
2.
Penguasaan warisan Islam.
3.
Penentuan relevansi khusus Islam bagi setiap bidang pengetahuan modern.
4.
Pencarian cara-cara untuk menciptakan perpaduan kreatif antara warisan
Islam dan pengetahuan modern (melalui survey
masalah umat Islam dan
umat manusia seluruhnya).
5.
Pengarahan
pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya menuju pemenuhan pola Ilahiyah dari
Allah.
6.
Realisasi praktis islamisasi pengetahuan melalui: penulisan kembali disiplin
ilmu modern ke dalam kerangka Islam dan
menyebarkan pengetahuan
Islam.
· Membangun Teknologi Informasi Islami
Ide
ini ditujukan untuk membentengi atau menghadapi kompetitor teknologi informasi
yang tidak Islami. Misalkan bagaimana kita harus mem blok teknologi informasi
yang berbau pornografi atau bagaimana kita membangun teknologi informasi anti
korupsi yang bisa diterapkan dalam pemerintahan. Dan yang paling penting adalah
membangun sumber daya manusia ahli TI yang paham akan kebutuhan teknologi
informasi yang Islami.
· Menggali Epistimologi Sains Islam (murni).
Epistimologi
sains Islam murni digali dari pandangan dunia dunia Islam, dan dari sinilah
dibangun teknologi dan peradaban Islam. Dipelopori oleh Ziauddin Sardar, dalam
bukunya: “Islamic Futures: “The Shape of
Ideas to Come” ” (1985).
Sardar
mengkritik ide al-Faruqi dalam bukunya (Ziauddin Sardar, Masa Depan Islam, Pustaka, Bandung,1987, hal: 51), yang dapat di
simpulkan menjadi dua hal penting :
Ø Karena sains dan
teknologilah yang menjaga struktur sosial, ekonomi dan politik yang menguasai
dunia.
Ø Tidak ada
kegiatan manusia yang dibagi-bagi dalam kotak-kotak: “psikologi”, “sosiologi”,
dan ilmu politik.
Islamisasi
teknologi tidak akan pernah berhasil jika tidak ada keselarasan antara keduanya
artinya teknologi tidak bisa dipaksa untuk terus menuruti aturan-aturan dalam
Islam. Karena teknologi juga butuh ekspansi untuk bisa berkembang dengan
melalui pengujian-pengujian dalam seluruh aspek tidak dalam satu arah
kebijakan. Keselarasan ini juga harus didukung oleh kaum agamis untuk bisa
belajar tentang teknologi artinya “melek teknologi”, tidak harus masuk secara
dalam mempelajari teknologi tetapi mengerti sedikit dan tahu karakter teknologi
akan sangat membantu dalam islamisasi teknologi. Saya kira hal ini tidak
terlalu berlebihan karena inilah dakwah sesungguhnya, dakwah yang selalu dua
arah dan tidak satu arah. Pemaksaan hanya akan menimbulkan kesenjangan dan
pertanyaan yang tidak bisa memberikan kontribusi kepada integrasi teknologi dan
Islam.
Penutup
Kejayaan
Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang
luar biasa. Bahkan Eropa pun seolah-olah tidak berdaya menghadapi kemajuan
Islam terutama di bidang teknologinya pada waktu itu. Sekarang kemajuan
teknologi dikuasai oleh barat, dan kita sebagai mayoritas penduduk muslim
terbesar dunia hanya sebagai penikmat atau sebagai konsumen dari teknologi yang
mereka kembangkan. Adalah hal yang mungkin jika kita semuanya berkolaborasi
menciptakan keselarasan untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk menjadi
senjata dalam dakwah Islamiyah.
Tidak
perlu berlama-lama dalam menciptakan integrasi teknologi dalam dakwah Islam
karena sebenarnya sifat dari teknologi informasi itu adalah menyesuaikan
keinginan dari konsumen yang akan menikmatinya. Islamisasi teknologi informasi
adalah merupakan hal yang seharusnya bisa kita nikmati tanpa harus menimbulkan
konflik diantara sesama muslim. Karena sebenarnya teknologi itu sudah ada di
dalam Islam itu sendiri.
Daftar Pustaka
1.
DR.
Ahmad Hatta, 2009, Al Qur an dan Terjemahan Per Kata, Jakarta : Maghfirah
Pustaka.
2. Don Tapscott, 2009, Grown Up Digital: How the Net Generation is Changing Your World, McGraw Hill.
3.
Ziauddin
Sardar, 1987, Masa Depan Islam, Bandung, Pustaka.
4.
Mohammad Nejatullah Siddiqi, Islamization of Knowledge:
Reflectionson Priorities, (The American Journal of
Islamic Social Sciences - AJISS), volume 28, issue 3.
-
PEMETAAN MODEL TATA KELOLA PENGAWASAN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI
Data terbaru
sesuai penelitian Gartner yang dipublikasikan oleh ERP Global Report tahun 2010. Dalam publikasi tersebut Gartner mengemukakan beberapa tentang
proyek investasi dibidang IT khususnya ERP, yaitu 57% proyek ERP gagal memenuhi
target waktu, 54 % diantaranya menghabiskan lebih dari batas anggaran yang
ditetapkan. 41% dari keseluruhan proyek ERP yang diteliti ternyata tidak dapat
memenuhi target manfaat bisnis yang dijanjikan dan 47% lainnya bahkan mengalami
kegagalan operasional pada saat sistem telah dijalankan. Dan hal ini
menyebabkan kerugian yang sangat besar sehingga mengganggu aktifitas proses
bisnis dan finansial perusahaan.
Untuk
mengantisipasi itu semua maka diperlukan sebuah metode pengawasan secara menyeluruh,
bukan saja sebagai pengawas proyek ketika proyek IT berlangsung, tetapi
pengawasan yang bersifat menyeluruh mulai awal akan di lakukan inisialisasi
proyek sampai ketika proyek berlangsung, kemudian proyek itu siap di implementasikan sebagai
sebuah sistem baru di perusahaan. Pengawasan proyek IT secara menyeluruh tentu
dimaksudkan untuk mengurangi indikasi resiko gagal yaitu memenuhi target waktu,
biaya yang dikeluarkan lebih besar dari anggaran yang ditetapkan, kualitas dari
proyek IT yang dihasilkan tidak sesuai kebutuhan perusahaan dan proyek IT yang
ter-implementasi
tidak dapat memenuhi target manfaat bisnis sebagaimana yang dijanjikan bagi
perusahaan. Tata kelola ini juga
berfungsi untuk memetakan fungsi-fungsi mana saja dalam sebuah proyek IT yang
memerlukan penekanan khusus dalam sebuah proses pekerjaan, sehingga perusahaan
akan terhindar dari sebuah kerugian proyek yang belum terlihat.
Key word : pengawasan proyek, investasi IS/IT, resiko
gagal,tata kelola.
1.
Pendahuluan
Proyek teknologi informasi yang dikembangkan ataupun berkembang di
perusahaan maupun di institusi selama ini sering hanya berlatar pada framework
acitivities (penekanan bagaimana software berhasil dibuat) sehingga banyak
sekali aplikasi yang telah dibuat pada akhirnya menjadi sampah teknologi
khususnya software yang akhirnya menjadi beban tersendiri bagi perusahaan atau
institusi yang telah investasi banyak. Penekanan yang dilakukan oleh perusahaan
pembuat software seringkali akan menjadi beban di kemudian hari bagi perusahaan
pemilik proyek IT itu, hal ini disebabkan adanya pemaksaan untuk dilakukan
pembuatan sistem tanpa melihat secara jauh bahwa sistem tersebut akan
mempengaruhi budaya perusahaan itu sehingga secara kinerja akan mempengaruhi
perusahaan dalam memperoleh profit atau secara bahasa ekonomi mengacaukan
proses bisnis yang sedang berlangsung.
Salah satu contoh yang sekarang ini sedang banyak kasus adalah
tentang pembuatan website. Website yang di buat menjadi tidak berguna ketika
ternyata sifat website tersebut hanya statis atau hanya berisi informasi saja, tanpa kemudian bisa
dimanfaatkan untuk proses menunjang bisnis perusahaan. Kesalahan terbesar awal pembuatan website adalah
ketika perusahaan tersebut hanya ingin tampil di dunia maya atau memiliki
alamat di dunia maya, tanpa kemudian mempertimbangkan investasi yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan. Dan hal ini membuat perusahaan juga kehilangan
momentum profit dari pemanfaatan teknologi informasi.
Hasil survey Gatner pada tahun 2010 menyebutkan kegagalan proyek entreprise teknologi
informasi menunjukkan prosentase tertinggi yaitu 57% adalah terletak pada
kegagalan dalam memenuhi batas waktu yang sudah ditetapkan, kemudian disusul
oleh masalah anggaran yang terlalu melebihi batas (54%), dan yang terakhir adalah
proyek entreprise IT/IS tidak bisa memberikan keuntungan buat perusahaan dan
bahkan proyek yang telah berhasil dibuat tidak bisa diterapkan dalam perusahaan
tersebut (41%).
Dari paparan hasil survei itu
membuktikan bahwa tata kelola pengawasan proyek teknologi informasi yang
dilakukan hanya terletak pada ketika proyek sedang berlangsung saja, artinya
tata kelola pengawasan hanya terletak pada fase pengerjaan proyek teknologi
informasi yang sedang dikerjakan, sedang fase yang lain atau pada aktifitas atau
yang biasa disebut umbrella activities tidak dikerjakan sebagaimana mestinya.
Proses
pelaksanaan pekerjaan dilapangan diperlukan satu mekanisme pengawasan agar
pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan perencanaan yang ada dan juga segala
perubahan yang diperlukan jika seandainya ada
akan bisa dilakukan penyes uaian dengan cepat dan akurat. Dengan
perencanaan proyek yang baik, diharapkan bisa memberikan peringatan sejak dini
bahwa proyek yang sedang dikerjakan menghadapi hambatan – hambatan sehingga secepatnya
bisa dikomunikasikan dengan semua pihak.
2.
METODE
2.1. Tahapan Pengawasan,
Proses Pengawasan IT Project
Menurut Robert J. Mockler (dalam bukunya The Management Control
Process, Prentice Hall, Englewood Cliffs,1972, halaman 2) pengawasan adalah
usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tindakan koreksi
yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan
efektif dan efisien. Dalam proses perancangan pengawasan menurut Willian H. Newman (dalam bukunya Constructive Control, Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New York, 1975, halaman 12-25) disebutkan bahwa
diperlukan lima jenis pendekatan yaitu ;
1. Merumuskan hasil yang diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang
melaksanakan.
2. Menetapkan penunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki
penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan
a. pengukuran input
b. hasil pada tahap awal
c. gejala yang dihadapi
d. kondisi perubahan yang diasumsikan
3. Menetapkan standar penunjuk dan hasil, dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada
prinsip manajemen by exception yaitu atasan diberi informasi bila terjadi
penyimpangan dari standar.
5. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu suatu tindakan diganti.
2.2.Tahapan
Pengawasan
Tahapan pengawasan adalah merupakan
proses untuk menetapkan pengawasan proyek teknologi informasi, sehingga
perjalanan pengawasan akan menjadi terstruktur dan terorganisasi dengan baik.
Tahapan pengawasan ini meliputi beberapa hal yaitu tahap penetapan standar
(patokan yang dijadikan untuk pengambil keputusan biasanya meliputi standar
fisik, biaya, waktu), tahap penentuan pengukuran pelaksanaan proyek, tahap
pengukuran pelaksanaan proyek (proses yang berulang-ulang dan kontinue, berupa
pengamatan,laporan, metode, pengujian dan sampel), tahap pembanding pelaksaan
dengan standar dan analisa penyimpangan, tahap pengambilan tindakan koreksi.
Penetapan tahapan pengawasan dapat digambarkan
sebagai berikut;
Gambar 1 : Proses
Pengawasan
Gambar 2 : Bagian – bagian
dalam siklus pengawasan
2.3.Proses
Pengawasan IT Project
Proses adalah mekanisme yang menggambarkan proses
pengambilan dan pengawasan keputusan strategis Teknologi Informasi (Grembergen, De Haes &
Guldentops, 2004). Beberapa mekanisme proses yang umum atau ada dalam tata
kelola TI adalah sebagai berikut : Tracking of IT Projects and resources
consumed, service-level agreements, formally tracking business value of IT,
charegerback arrangements (Weill & Ross, 2004). Pertama adalah proses
persetujuan investasi TI. Proses ini bertujuan untuk menjamin bahwa investasi
TI menciptakan hasil yang berarti bagi perusahaan dibanding dengan peluang
investasi yang lain. Banyak perusahaan merumuskan proses persetujuan investasi
untuk menjamin ide-ide kreatif dan prioritas strategis dipertimbangkan dalam
keputusan investasi. Kedua Project Tracking Process. Sebuah langkah
penting dalam implementasi tata kelola TI adlah menciptakan disiplin untuk
mengikuti perkembangan dari proyek-proyek TI. Beberapa toola yang biasa
digunakan oleh perusahaan untuk melakukan project tracking, salah
satunya adalah Dashboard. Ketiga Formal Tracking of Business Value Process, kebanyakan
tantangan dari tata kelola TI yang efektif berasal dari sulitnya untuk mengkaji
nilai TI. Pengambil keputusan TI akan membuat keputusan yang efektif apabila
mereka mengerti dengan baik nilai yang perusahaan dapat dari TI. Pengkajian
formal terhadap nilai bisnis dari TI meningkatkan pembelajaran organisasi
tentang nilai unisiatif TI sebagai enabler. Tracking process meliputi
penentuan apakah penurunan biaya dan kenaikan pendapatan benar-benar terwujud.
Keempat service level agreements yang meliputi daftar servis yang
tersedia, tingkat kualitas alternatif, dan biaya. Kelima proses perancangan
sistem informasi. Dan mekanisme terakhir yang juga penting dalam tata kelola TI
adalah hubungan atau komunikasi dua arah yang efektif dan partisipasi yang baik karena seringkali
terlalu sedikit kepekaan TI terhadap bisnis atau sebaliknya kurangnya apresiasi
bisnis terhadap TI.
3.
PEMBAHASAN
3.1.
PENTINGNYA PENGAWASAN PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI
Pengawasan
dalam setiap kegiatan proyek IS/IT akan mempunyai dampak terhadap setiap hasil
kegiatan tersebut. Ini tidak terlepas bahwa suatu kegiatan proyek akan selalu
menuju pada rencana proyek yang sudah dibuat. Tentunya dalam proses menuju ke
hasil proyek perlu di buatkan metode pengawasan yang benar dan sesuai proyek
IS/IT yang sedang dilaksanakan. Pengawasan akan menjadi sangat penting karena
dalam proses kegiatan proyek ada yang namanya resiko dan kualitas proyek.
Resiko dalam proyek IS/IT sangat rentan dan hal itu di mulai saat akan di
adakannya proyek (pra - proyek IS/IT), kemudian proses proyek IS/IT waktu
berlangsung, dan yang terakhir adalah saat hasil proyek akan di implementasikan
pada sistem bisnis yang ada (implementasi dan proses maintenance).
Dalam ketiga proses di atas tentunya akan
berbarengan dengan kualitas sehingga akan benar-benar sesuai perencanaan proyek
IS/IT yang ada. Yang perlu kita ketahui adalah dimana letak pengawasan itu
harus terlibat. Keterlibatan pengawasan proyek IS/IT harus selalu total dan
mendalam agar hasil proyek betul-betul baik dan benar sehingga akan bisa
membuat bisnis proses semakin bagus dan untung. Keterlibatan pengawasan pada
saat pra-proyek IS/IT akan sangat menentukan arah dari proses proyek akan menjadi
benar atau salah. Selanjutnya keterlibatan pengawasan pada proses proyek IS/IT
waktu berlangsung adalah untuk menjamin bahwa pelaksanaan proyek sudah sesuai
kaidah-kaidah atau standar IS/IT yang ada sehingga pengerjaannya akan selalu
berada pada jalur yang benar sehingga kualitasnya akan sesuai perencanaan
proyek yang ada dan berstandar organisasi IS/IT internasional. Pengawasan
proyek IS/IT yang terakhir adalah ketika proses implementasi hasil proyek ke
dalam proses bisnis yang ada. Tentunya yang terakhir ini akan mudah melakukan
pengawasan jika dua kegiatan yang di awal model pengawasannya betul-betul
dilakukan dengan baik dan benar.
Proses
implementasi tersebut akan dengan mudah di laksanakan, karena pelaksanaan
proyek IS/IT sudah sesuai dengan proses bisnis yang ada dan hal ini yang
berperan penting adalah pengawasan proyek IS/IT. Tentunya proses implementasi
akan di barengi proses maintenance awal dari proses implementasi proyek IS/IT,
dan hal ini hanya untuk memastikan bahwa tidak adanya kendala yang berarti pada
proses implementasi IS/IT ke dalam sistem bisnis yang ada.
3.2. PERBEDAAN
PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DAN
PROYEK
LAINNYA
Dalam
beberapa kesempatan pekerjaan IS/IT yang saya jalani di beberapa tempat yang
berbeda, seringkali saya temukan beberapa hal yang membedakan karakteristik
proyek. Pengalaman saya seringkali membuat saya untuk berfikir apa yang
membedakan antara proyek bidang- bidang konstruksi dengan proyek IS/IT, adalah
mutlak kita mengetahui bahwa ilmu proyek sejatinya berasal dari proyek-proyek
konstruksi yang pelaksanaannya di seluruh dunia. Proyek IS/IT dengan
proyek-proyek lainnya tentu memiliki ciri khas yang berbeda walaupun terdapat
persamaan umum misalnya scope, cost, schedule, risiko, manajemen
pelaksanaannya.
Ciri
khas proyek IS/IT yang membuat beda dengan proyek pada umumnya adalah proses
pembuatan proyek yang mengedepankan notasi logika yang kemudian menerapkan
secara fakta pada suatu proses bisnis yang nyata (kadang notasi logika sulit di
ukur). Kalau proyek lainnya cederung pada perwujudan fisik yang sangat bisa di
ukur. Perwujudan fisik selalu bisa di ukur dengan cepat sehingga proyek
konstruksi mudah untuk bisa di awasi, tetapi sebaliknya jika proyek IS/IT
dengan kecenderungan yang susah di ukur maka proses pengawasan proyek juga
tidak mudah untuk di lakukan, karena harus pas dan tepat dalam membuat metode
pengawasannya.
3.3.MODEL PENGAWASAN PROYEK TEKNOLOGI
INFORMASI
Dalam menentukan metode pengawasan proyek IS/IT tentunya
kita harus mengadopsi dari framework PMBOK dari PMI (Project Management Institut)
atau dari framework yang lainnya. Sehingga pengawasan proyek IS/IT tidak hanya
mengawasi pada framework activities yang meliputi;
-
Communication
-
Planning
-
Modeling: requirements analysis and design
-
Contruction: coding dan testing
-
Deployment
Tetapi juga harus mengawasi Umbrella
activities yang meliputi;
-
Software project management
-
Formal technical reviews
-
Software quality assurance
-
Software configuration
management
-
Work product preparation and
production
-
Reusability management
-
Measurement
-
Risk management
Sehingga proses pengawasan proyek IS/IT tidak hanya
fokus pada bagaimana perangkat lunak bisa dibuat, yang resiko terbesarnya
adalah hasil dari proyek IS/IT kadang tidak bisa dipakai secara total atau
penyelesaiannya molor sehingga jauh dari kualitas. Inilah yang mendasari
kemudian bahwa pengawasan terhadap umbrella activities menjadi sangat penting
untuk dilakukan sehingga kualitas dari hasil proyek benar-benar menjadi ukuran
utama untuk proyek IS/IT. Proses pengawasan ini dilakukan karena proyek IS/IT
yang sebenarnya adalah susah untuk mengukur tingkat keberhasilan maupun tingkat
waktu penyelesainnya. Dan proses pengawasan seperti ini akan sangat membantu
pemilik proyek maupun pelaksana proyek, dimana pemilik proyek akan dengan mudah
mengukur pengeluaran biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk proses pembuatan dan
implementasinya dan bagi pelaksana proyek akan lebih terarah dalam
menyelesaikan proyek IS/IT yang dikerjakannya. Tugas pengawasan ini lebih pada
memastikan segala aktifitas yang ada dalam proyek IS/IT berjalan sesuai
koridornya, seperti di tunjukkan dalam gambar dibawah ini.
Gambar 3 : Pengawas Proyek IS/IT
Dalam proses pengawasan proyek teknologi informasi, kita
harus paham dan tahu tentang proses-proses yang terjadi dalam proyek itu
sendiri. Bukan saja hanya paham tentang proses pada waktu pengerjaan proyek
teknologi informasi tetapi lebih dari itu bahwa kita harus tahu dan paham
tentang hal-hal apa saja yang terjadi. Berikut adalah proses proyek teknologi informasi yang sering dipakai oleh
pelaksana pekerjaan.
Gambar 4 : Proses Pengawasan Proyek IS/IT
4.
KESIMPULAN
Dalam
melakukan pengawasan proyek IS/IT tidak harus terjebak hanya fokus pada
pengawasan aktifitas pembuatan perangkat lunak semata tetapi lebih dari itu setiap
kegiatan dalam proses aktifitas proyek IS/IT haruslah mendapatkan porsi
pengawasan yang tepat. Dan sifat dari pengawasan proyek IS/IT ini menyeluruh
sehingga akan di dapatkan hasil proyek yang benar-benar berkualitas baik dan
benar.
Proses
pengawasan proyek IS/IT ini meliputi dari waktu ke waktu sehingga dengan hal
tersebut fokus proyek akan bisa diperoleh dan jika terjadi kesalahan proses
pengerjaannya akan cepat segera diketahui, sehingga tidak akan mempengaruhi
waktu implementasi atau pergantian sistem yang lama ke yang sistem yang baru.
Proses pengawasan IS/IT yang menyeluruh ini diperlukan untuk mengurangi resiko
dalam monitoring and controlling proyek. Sehingga metode pengawasan akan
menjadi faktor terpenting dalam menjalankan pengawasan proyek IS/IT di manapun
proyek tersebut akan dilaksanakan.
Tata kelola pengawasan proyek teknologi informasi dapat dipetakan ke dalam
setiap aktifitas proyek, sehingga resiko kegagalan proyek akan sangat
diminimalisir dan juga aktifitas yang sedang ataupun akan mendapat hambatan
proyek akan segera bisa di carikan solusi yang cepat dan tepat.
5.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kathy Schwalbe. 2000. Information Technology Project Management
3th Edition. Course
Technology.
2.
ANSI,
“PMBOK Guide”, Edisi ke-3, American National Standard, 2004.
3.
IEEE Computer Society , “IEEE 1058-1998 Standard for Software
Project Management Plans “, IEEE Computer Society, 1998.
4.
Jack T.
Marchewka,Information Technology Project Management, Second Edition, Providing
Measurable Organizational Value, John Wiley & Sons , 2006.
5. De Haes, S. & Van Grembergen,
W. IT Governance Structures, Processes, and relational Mechanism: Acheiving
IT/Business Alignment in a Major Belgian Financial Group.
6.
Robert
J. Mockler, The Management Control
Process, Prentice Hall, Englewood Cliffs,1972.
7. Willian H. Newman, Constructive Control, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New York, 1975,
Langganan:
Postingan (Atom)