Teknologi
informasi dewasa ini berkembang begitu cepat, seakan semua ilmu pengetahuan
juga ikut berkembang mengikuti kecepatan perkembangan teknologi informasi, dan
ini wajar karena pengembangan untuk teknologi informasi terus menerus dilakukan
dengan memanfaatkan semua ilmu pengetahuan yang ada. Dalam dunia Islam
pemanfaatan teknologi informasi seringkali dilakukan dan salah satunya adalah
digunakan untuk berdakwah. Dewasa ini dunia dakwah seringkali menggunakan
teknologi informasi untuk mempermudah komunikasi langsung antara jamaah dan
nara sumber. Belum lagi yang memanfaatkan multimedia agar dakwahnya lebih
interaktif. Hal ini bisa kita jumpai model dakwah seperti ESQ (Emotional Spiritual Quotient), dimana
teknologi sangatlah dominan. Data penggunaan teknologi informasi sebagai media
dakwah juga terlihat terlihat dari pegguna fitur-fitur Islami yang bisa diakses
lewat internet, data statistik (Effective
Measure) pengguna internet di Indonesia mencapai 39.100.000 (peringkat 8
dunia) jika diambil prosentase 50% saja yang meng akses fitur Islami maka 20
juta orang yang memanfaatkan teknologi informasi sebagai media dakwah baik
secara kelompok maupun secara individual. Dan pemanfaatan teknologi informasi
dalam dunia dakwah akan meningkat ketika ada momen seperti bulan ramadhan.
Kata kunci : Teknologi Informasi, Islam, dakwah.
Abstract
Information technology is evolving so fast these
days, like all science also changes following the pace of information technology development,
and this is simply due to the development of information
technology continue to be done by making use of all existing
science. In the world of Islam
is often made use
of information technology and one
of them is used to preach. Today the world
of preaching often use information technology to facilitate
direct communication between the congregation and resource persons. Not to mention the use of interactive
multimedia to further
his message. This mission can we find a
model like ESQ (Emotional Spiritual Quotient),
which is the
dominant technology. Data on the
use of information technology
as a medium of propagation is also seen seen from
pegguna Islamic features
that can be accessed via the internet, the statistics (Effective Measure) internet
users in Indonesia
reached 39.1 million (8 world ranking)
if taken alone
the percentage of 50% to access Islamic features of the
20 million people
who use information technology as a medium of preaching both corporately and individually. And utilization
of information technology in the world
of preaching will
increase when there are moments like
the Ramadan month.
Keywords: Information
technology, islam, preaching.
Pendahuluan
Dalam
kurun waktu 10 tahun penduduk dunia bertambah dengan cepatnya, hal ini juga
berlaku bagi negera-negara yang penduduknya mayoritas muslim. Kalo kita
bandingkan perkembangan penduduk yang mayoritas muslim pada pertengahan tahun
1970 an yang hanya berjumlah total sekitar 500 juta orang, dengan jumlah
penduduk muslim diseluruh dunia saat ini yang mencapai 1,5 milyar artinya
setiap dari empat orang di dunia ini maka satunya adalah orang yang memeluk
agama Islam atau seorang muslim. Peningkatan jumlah pemeluk Islam ini bukan
semata-mata merupakan pertambahan penduduk di negara-negara yang mayoritas
muslim itu bertambah tetapi juga dikarenakan faktor mualaf yang semakin
bertambah banyak. Artinya faktor dakwah merupakan sarana produktif untuk
mengajak semua orang di dunia ini untuk mengenal lebih jauh dengan Islam.
Walaupun faktor 11 September 2002 adalah merupakan pemicu bertambahnya mualaf
yang masuk ke agama Islam, dan hal ini juga banyak dikarenakan teknologi
informasi yang begitu mudah di akses dan dinikmati, hingga semakin mudah
mempelajari Islam secara keseluruhan.
Masuk
Islam dengan terlebih dahulu mempelajarinya adalah faktor terbanyak penambah
jumlah pemeluk muslim dunia, dan apalagi didukung oleh teknologi yang
berkembang cepat. Ilmu pengetahuan adalah merupakan sarana yang paling rasional
untuk mempelajari Islam dengan benar, dan hal ini telah di firmankan oleh Allah
SWT : “ Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?’
Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran
(QS. azumar : 9)”.
Dalam sebuah hadist Rasulullah juga
menerangkan tentang keutamaan menggunakan atau menguasai ilmu pengetahuan atau
teknologi yaitu ; Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik
anak-anaknya dengan sebaik mungkin. “ Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap
Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu (HR. Ahmad)”. Dan pada jaman sahabat pun sudah ada perkataan
yang luar biasa maknanya, yaitu perkataan dari Ali bin Abu Tholib “Didiklah
anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali
lain dari zamanmu kini “. Luar biasa karena jaman dahulu pun mendidik dan
perlunya menguasai sesuatu keahlian yang beda jaman sudah menjadi perhatian
oleh para sahabat maupun Rasulullah sendiri.
Dakwah adalah merupakan kewajiban setiap
muslim karena ini merupakan tugas pokok bagi seorang yang telah mengaku berikrar
kepada Allah dan Rasul-Nya Dan hal ini
seperti di firmankan Allah SWT : “ Dan (ingatlah), ketika Kami
mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim,
dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu,
kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling (QS. Al
Baqarah : 83)”.
Tentu
kita semuanya ingat tentang kejadian atau peristiwa 11 September 2002 dimana
semuanya terhenyak dengan diledakkannya kantor pusat perdagangan saham terbesar
di dunia yaitu gedung world trade centre
(WTC) di Amerika Serikat, dengan Islam sebagai tertuduh utama maka mau
tidak mau orang Muslim di dunia dianggap sebagai ekstrimis semuanya, tetapi
Allah SWT dengan kekuasaannya merubah itu semuanya sebagai bagian bahwa Dialah
pelindung utama agama Islam. Dengan adanya teknologi informasi yang begitu
canggih dan bisa dinikmati oleh semua orang seantero dunia, yang begitu gencar
memberitakan Islam sebagai hot news,
maka secara tidak langsung itu membantu dakwah Islam untuk tersampaikan ke
semua orang di dunia. Walaupun sebenarnya kebenaran pengebom WTC sampai kini
belum diketahui secara transparan oleh publik dunia. Stigma yang negatif bisa
dirubah menjadi positif dengan memanfaatkan teknologi informasi, dan sebaliknya
juga stigma positif bisa menjadi negatif jika sudah masuk dan diolah oleh
teknologi informasi, seperti proses yang terjadi dalam teknologi informasi. Jadi
tergantung siapa penguasa teknologi informasi dunia karena stigma apapun akan
bisa di ubah, teknologi informasi bukan saja hanya sebagai teknologi semata
tetapi lebih daripada itu adalah sebagai media penyebar informasi yang sangat
efektif.
Pembahasan
Agama vs Saintek
(Science & Technology)
Di
Eropa, sejak abad pertengahan, timbul konflik antara ilmu pengetahuan (sains)
dan agama (gereja). Dalam konflik ini sains keluar sebagai pemenang, dan sejak
itu sains melepaskan diri dari kontrol dan pengaruh agama, serta membangun
wilayahnya sendiri secara otonom. Dalam perkembangannya lebih lanjut, setelah
terjadi revolusi industri di Barat, terutama sepanjang abad XVIII dan XIX,
sains bahkan menjadi “agama baru” atau “agama palsu”(Pseudo Religion). Dalam kajian teologi modern di Barat, timbul
mazhab baru yang dinamakan “saintisme” dalam arti bahwa sains telah menjadi
isme, ideologi bahkan agama baru.
Namun
sejak pertengahan abad XX, terutama setelah terjadi penyalahgunaan iptek dalam
perang dunia I dan perang dunia II, banyak pihak mulai menyerukan perlunya
integrasi ilmu dan agama, iptek dan imtak. Pembicaraan tentang iptek mulai
dikaitkan dengan moral dan agama hingga sekarang sehubungan dengan semakin
merajalelanya teknologi yang hanya berdasar hanya pada materi sehingga manusia
pun dijadikan sebuah percobaan (kasus kloning). Dalam kaitan ini, keterkaitan
iptek dengan moral (agama) di harapkan bukan hanya pada aspek penggunaannya
saja (aksiologi), tapi juga pada pilihan objek (ontologi) dan metodologi
(epistemologi)-nya sekaligus. Di Indonesia, gagasan tentang perlunya integrasi
pendidikan imtak dan teknologi ini sudah lama digulirkan. Profesor B.J.
Habibie, adalah orang pertama yang menggagas integrasi imtak dan iptek ini. Hal
ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu
umum (saintek) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya
kenyataan bahwa pengembangan iptek dalam sistem pendidikan kita tampaknya
berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga
pengembangan dan kemajuan iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak
memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan
bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.
Kekhawatiran
ini, cukup beralasan, karena sejauh ini sistem pendidikan kita tidak cukup
mampu menghasilkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
sebagaimana diharapkan. Berbagai tindak kejahatan sering terjadi dan banyak
dilakukan justru oleh orang-orang yang secara akademik sangat terpelajar,
bahkan mumpuni. Ini berarti, aspek pendidikan turut menyumbang dan memberikan
saham bagi kebangkrutan bangsa yang kita rasakan sekarang. Kenyataan ini
menjadi salah satu catatan mengenai raport merah pendidikan nasional kita.
Begitu juga pendidikan yang hanya mementingkan aspek agama saja akan menjadikan
dunia tidak pada tempatnya atau penyalahgunaan wewenang akan semakin banyak
dikarenakan kekurangpahaman tentang ilmu terapan atau teknologi. Karena etika
moral akan efektif jika diterapkan pada aplikasi keilmuan terapan karena ilmu
tersebut akan diterapkan secara praktis dalam dunia kerja sehingga integrasi
adalah hal yang mungkin untuk dilakukan.
1.
Perlunya
Penguasaan Teknologi Informasi
Sudah
menjadi pengetahuan umum (common sense)
bahwa dasar dari peradaban modern adalah teknologi. Teknologi merupakan dasar
dan pondasi yang menjadi penyangga bangunan peradaban modern barat sekarang
ini. Masa depan suatu bangsa akan banyak ditentukan oleh tingkat penguasaan
bangsa itu terhadap teknologi. Suatu masyarakat atau bangsa tidak akan memiliki
keunggulan dan kemampuan daya saing yang tinggi, bila ia tidak mengambil dan
mengembangkan teknologi. Bisa dimengerti bila setiap bangsa di muka bumi
sekarang ini, berlomba-lomba serta bersaing secara ketat dalam penguasaan dan
pengembangan teknologi. Karena dunia secara teknologi informasi berbentuk
datar, sehingga sisi dunia akan tampak semua oleh penghuninya. Dan penguasaan
teknologi informasi wajib dilakukan oleh umat Islam karena beberapa hal :
a.
Karena
pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan berasal dari sumber-sumber negara
Islam yang telah dibawa oleh negara-negara barat. Dan tentunya ini juga
merupakan perintah Allah SWT : “ Hai orang-orang beriman
apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan (QS al Mujaadilah : 11) ”.
b.
Karena
Allah akan memberikan kearifan dan juga ketentraman kepada siapa saja yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar umat muslim tidak bergantung
kepada dunia barat (umat lain), agar juga bisa membuat solusi-solusi terhadap
persoalan umat. Salah satu contoh adalah ketika umat Islam bisa merencanakan
pemetaan zakat untuk mengentaskan kemiskinan dengan memanfaat sistem informasi
geografis (GIS). Umat Islam menguasai teknologi maka akan ada rasa damai
dikalangan semua umat didunia. Berikut ini disebutkan dalam al Quran : “Allah berikan
al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa saja
yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar
ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.” (QS. Al Baqarah
: 269) “ .
c.
Penguasaan
teknologi Informasi akan membuat umat Islam untuk selalu mengetahui informasi
terkini dan tidak gampang untuk dipecah belah oleh umat lain. Sehingga dengan
menguasai teknologi informasi akan mendekatkan persatuan dan kesatuan umat. Dan
yang paling penting peringatan Nabi Muhammad lewat hadits yang beliau ucapkan
14 abad yang lalu mengenai setiap zaman adalah berbeda, artinya antara zaman
kita dengan anak cucu kita akan berbeda karena perubahan semakin cepat.
Rasulullah SAW pun memerintahkan kepada kaum muslimin seluruhnya untuk
senantiasa menuntut ilmu dan menguasai ilmu itu sendiri, dalam hadist “Jadilah
engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang
mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau
menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R. Baihaqi). Dalam sebuah
hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda : “ Barang siapa yang
menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan
sayapnya karena ridla (rela) terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya
orang yang mencali ilmu akan memintakan bagi mereka siapa-siapa yang ada di
langit dan di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya keutamaan
orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan
purnama atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris
para Nabi, sesugguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi
mereka mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu,
maka dia sudah mengambil bagian yang besar (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud,
dan Ibnu Majjah).
Para sahabat pun sudah sejak dulu selalu mengutamakan pendidikan terhadap
keturunannya, seperti perkataan Ali bin Abi Thalib ini “ Didiklah anak-anakmu,
karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari
zamanmu kini ” .
2.
Integrasi
Teknologi dan Dakwah Islam
“Barangsiapa ingin berjaya di dunia, maka
wajib baginya menguasai ilmu; barangsiapa ingin berjaya di kehidupan akhirat
maka wajib baginya menguasai ilmu; barangsiapa ingin berjaya di dunia dan
akhirat, maka wajib baginya menguasai ilmu (HR. Al Bukhari) “.
Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa
ini sebagai dampak globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
harus diakui telah memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas dakwah
Islam. Di sisi lain, memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku
khususnya para pelajar dan generasi muda kita, dengan tumbuhnya budaya
kehidupan baru yang cenderung menjauh dari nilai-nilai spiritualitas. Dakwah
Islam memang harus sudah selayaknya untuk dibuat semenarik mungkin (interaktif)
dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat yang utama. Dari sisi positif,
perkembangan teknologi telah memunculkan kesadaran yang kuat pada sebagian
pelajar kita akan pentingnya memiliki keahlian dan keterampilan. Utamanya untuk
menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era
milenium ketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bio-teknologi. Ini
sekurang-kurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasi pelajar kita
umumya telah memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan itu.
Don
Tapscott, dalam bukunya (Grown Up
Digital: How the Net Generation is Changing Your World, 2009 hal 81), telah
melakukan survei terhadap para remaja di berbagai negara. Ia menyimpulkan, ada
sepuluh ciri dari generasi nol (zero), yang akan mengisi masa tersebut.
Ciri-ciri itu, para remaja umumnya memiliki pengetahuan memadai dan akses yang
tak terbatas. Bergaul sangat intensif lewat internet, cenderung inklusif, bebas
berekspresi, hidup didasarkan pada perkembangan teknologi, sehingga inovatif,
bersikap lebih dewasa, investigative arahnya pada how use something as good as
possible bukan how does it work. Mereka pemikir cepat (fast thinker), peka dan
kritis terutama pada informasi palsu, serta cek ricek menjadi keharusan bagi
mereka.
Sikap
optimis terhadap keadaan sebagian generasi muda ini tentu harus diimbangi
dengan memberikan pemahaman, arti penting mengembangkan aspek spiritual
keagamaan dan aspek pengendalian emosional. Sehingga tercapai keselarasan
pemenuhan kebutuhan otak dan hati (qolbu). Penanaman kesadaran pentingnya
nilai-nilai agama memberi jaminan kepada para remaja akan kebahagiaan dan
keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di akhirat.
Ada banyak hal yang sudah dihasilkan oleh
teknologi untuk dakwah Islam sebagai bagian dari integrasi itu sendiri, al
Quran digital, akses hadits shahih yang bisa dilakukan dimana saja,silahturahmi
yang tidak pernah putus karena sudah ada handphone, jejaring sosial dan
sebagainya. Bahkan media pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan game
untuk memperdalam ilmu Islam itu sendiri.
Contoh
dari Teknologi Informasi yang dimanfaatkan untuk dakwah Islam :
Gambar
1 : Al Qur an Digital (sumber : myquran.com)
Gambar
2 : Game baca huruf hijaiyah (sumber software game hijaiyah)
Gambar
3 : Aplikasi GIS Masjid (sumber :
sofware aplikasi GIS)
3.
Islamisasi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah sarana pemecahan masalah mendasar setiap
peradaban. Ia adalah ungkapan fisik dari world
view di mana dia dilahirkan. Maka kita bisa memahami mengapa di Jepang yang
kabarnya sangat menghargai nilai waktu demikian pesat berkembang budaya
“pachinko” dan game. Tentu disebabkan mereka tak beriman akan kehidupan setelah
mati, dan tak mempunyai batasan tentang hiburan. Kini umat Islam hanya sebagai
konsumen sains yang ada sekarang. Kalaupun mereka ikut berperan di dalamnya,
maka secara umum mereka tetap di bawah kendali pencetus sains tersebut.
Ilmuwan-ilmuwan muslim masih sulit menghasilkan teknologi-teknologi eksak
apalagi non-eksak untuk menopang kepentingan khusus umat Islam. Dunia Islam
mulai bangkit (kembali) memikirkan kedudukan sains dalam Islam pada dekade
70-an. Pada 1976 dilangsungkan seminar internasional pendidikan Islam di Jedah.
Dan semakin ramai diseminarkan di tahun 80-an.
Secara
umum, dikenal 4 kategori pendekatan sains Islam (Dr. Maurice Bucaille, “ Bibel, Al quran dan Sains Modern”, Bulan
Bintang, Jakarta, 1979, hal : 3) :
1.
I’jazul Quran (mukjizat al-Quran)
I’jazul
Quran dipelopori Maurice Bucaille yang sempat “ boom ” dengan bukunya “La
Bible, le Coran et la Science” (edisi Indonesia: “Bibel, al Quran dan Sains
Modern“). Pendekatannya adalah mencari kesesuaian penemuan ilmiah dengan ayat al
Quran. Hal ini kemudian banyak dikritik, lantaran penemuan ilmiah tidak dapat
dijamin tidak akan mengalami perubahan di masa depan. Menganggap al Quran
sesuai dengan sesuatu yang masih bisa berubah berarti menganggap al Quran juga
bisa berubah.
2.
Islamization Disciplines
Yakni
membandingkan sains modern dan khazanah Islam, untuk kemudian melahirkan
text-book orisinil dari ilmuwan muslim. Penggagas utamanya Ismail Raji
al-Faruqi, dalam bukunya yang terkenal, Islamization
of Knowledge, 1982. Ide Al-Faruqi ini mendapat dukungan yang besar sekali
dan dialah yang mendorong pendirian International
Institute of Islamic Thought (IIIT) di Washington (1981), yang merupakan
lembaga yang aktif menggulirkan program seputar islamisasi pengetahuan.
Rencana
Islamisasi pengetahuan al-Faruqi bertujuan:
1.
Penguasaan disiplin ilmu modern.
2.
Penguasaan warisan Islam.
3.
Penentuan relevansi khusus Islam bagi setiap bidang pengetahuan modern.
4.
Pencarian cara-cara untuk menciptakan perpaduan kreatif antara warisan
Islam dan pengetahuan modern (melalui survey
masalah umat Islam dan
umat manusia seluruhnya).
5.
Pengarahan
pemikiran Islam ke jalan yang menuntunnya menuju pemenuhan pola Ilahiyah dari
Allah.
6.
Realisasi praktis islamisasi pengetahuan melalui: penulisan kembali disiplin
ilmu modern ke dalam kerangka Islam dan
menyebarkan pengetahuan
Islam.
· Membangun Teknologi Informasi Islami
Ide
ini ditujukan untuk membentengi atau menghadapi kompetitor teknologi informasi
yang tidak Islami. Misalkan bagaimana kita harus mem blok teknologi informasi
yang berbau pornografi atau bagaimana kita membangun teknologi informasi anti
korupsi yang bisa diterapkan dalam pemerintahan. Dan yang paling penting adalah
membangun sumber daya manusia ahli TI yang paham akan kebutuhan teknologi
informasi yang Islami.
· Menggali Epistimologi Sains Islam (murni).
Epistimologi
sains Islam murni digali dari pandangan dunia dunia Islam, dan dari sinilah
dibangun teknologi dan peradaban Islam. Dipelopori oleh Ziauddin Sardar, dalam
bukunya: “Islamic Futures: “The Shape of
Ideas to Come” ” (1985).
Sardar
mengkritik ide al-Faruqi dalam bukunya (Ziauddin Sardar, Masa Depan Islam, Pustaka, Bandung,1987, hal: 51), yang dapat di
simpulkan menjadi dua hal penting :
Ø Karena sains dan
teknologilah yang menjaga struktur sosial, ekonomi dan politik yang menguasai
dunia.
Ø Tidak ada
kegiatan manusia yang dibagi-bagi dalam kotak-kotak: “psikologi”, “sosiologi”,
dan ilmu politik.
Islamisasi
teknologi tidak akan pernah berhasil jika tidak ada keselarasan antara keduanya
artinya teknologi tidak bisa dipaksa untuk terus menuruti aturan-aturan dalam
Islam. Karena teknologi juga butuh ekspansi untuk bisa berkembang dengan
melalui pengujian-pengujian dalam seluruh aspek tidak dalam satu arah
kebijakan. Keselarasan ini juga harus didukung oleh kaum agamis untuk bisa
belajar tentang teknologi artinya “melek teknologi”, tidak harus masuk secara
dalam mempelajari teknologi tetapi mengerti sedikit dan tahu karakter teknologi
akan sangat membantu dalam islamisasi teknologi. Saya kira hal ini tidak
terlalu berlebihan karena inilah dakwah sesungguhnya, dakwah yang selalu dua
arah dan tidak satu arah. Pemaksaan hanya akan menimbulkan kesenjangan dan
pertanyaan yang tidak bisa memberikan kontribusi kepada integrasi teknologi dan
Islam.
Penutup
Kejayaan
Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang
luar biasa. Bahkan Eropa pun seolah-olah tidak berdaya menghadapi kemajuan
Islam terutama di bidang teknologinya pada waktu itu. Sekarang kemajuan
teknologi dikuasai oleh barat, dan kita sebagai mayoritas penduduk muslim
terbesar dunia hanya sebagai penikmat atau sebagai konsumen dari teknologi yang
mereka kembangkan. Adalah hal yang mungkin jika kita semuanya berkolaborasi
menciptakan keselarasan untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk menjadi
senjata dalam dakwah Islamiyah.
Tidak
perlu berlama-lama dalam menciptakan integrasi teknologi dalam dakwah Islam
karena sebenarnya sifat dari teknologi informasi itu adalah menyesuaikan
keinginan dari konsumen yang akan menikmatinya. Islamisasi teknologi informasi
adalah merupakan hal yang seharusnya bisa kita nikmati tanpa harus menimbulkan
konflik diantara sesama muslim. Karena sebenarnya teknologi itu sudah ada di
dalam Islam itu sendiri.
Daftar Pustaka
1.
DR.
Ahmad Hatta, 2009, Al Qur an dan Terjemahan Per Kata, Jakarta : Maghfirah
Pustaka.
2. Don Tapscott, 2009, Grown Up Digital: How the Net Generation is Changing Your World, McGraw Hill.
3.
Ziauddin
Sardar, 1987, Masa Depan Islam, Bandung, Pustaka.
4.
Mohammad Nejatullah Siddiqi, Islamization of Knowledge:
Reflectionson Priorities, (The American Journal of
Islamic Social Sciences - AJISS), volume 28, issue 3.
-